Semula mukhoyam menjadi ”momok”
menakutkan yang terlintas dalam lintasan pikiran, ini lantaran ketika
disebut mukhoyam yang tergambar adalah: outbont yang banyak menguras
tenaga, longmach, tidur dihutan, makan yang apa adanya, lebih-lebih kali
ini mukhoyam diadakannya bertepatan dengan musim hujan, menambah rasa
takut dan kekhawatiran yang menyelimuti relung hati.
Sesuai ketentuannya, untuk
menghadapai mukhoyam diperlukan persiapan yang matang, baik fisik,
mental bahkan finansial. Ini dilakukan supaya mukhoyam bisa dilakukan
secara maksimal dan membuahkan hasil yang sempurna dalam rangka proses
tarbiyah. Untuk mengarahkan kesana, olahraga pun kian dijadwalkan,
mencari informasi supaya mendapatkan gambaran yang utuh tentang
pelaksanannya, serta persiapan finansial.
Alhamdulillah dengan persiapan
yang maksimal, mukhoyam yang tadinya terkesan berat menjadi ringan,
mukhoyam dalam waktu empat hari, terasa menyenangkan, syarat dengan
tuansa jihadiyah dan ukhuwah, menanamkan rasa percaya diri bisa
menjalankan segala amanah dan lebih dari itu, menumbuhkna rasa dhoih dan
lemah dihadapan Allah swt ketika menyaksian ciptaannya yang terbentang
luas baik daratan dan lautan.
Terlepas dari itu semua,
mukhoyam kali ini menyisakan pelajaran berharga yang tidak bisa
digantikan dengan sarana tarbiyah lainnya, diantara pelajaran itu
adalah:
Penempaan Ukhuwah antar ikhwah
Rasa
ini bisa dirasakan pada saat longmach dalam waktu + 13 jam, panitia
mengintruksikan bahwa apapun yang terjadi dengan kelompok, maka
merekalah yang bertanggung jawab, masing-masing kelompok sampai tujuan
dengan kondisi lengkap personelnya dan sikap tidak menjadi beban bagi
orang lain. Disinilah ukhuwah kita diuji, rasa lelah, capek, lapar dan
haus menjadi faktor ukuhuwah semakin memudah, sehingga yang terlihat
masing-masing mementingkan diri sendirinya untuk sampai ke tujuan,
sehingga yang terjadi hampir tidak ada kelompok yang sampai tujuan
dengan jumlah yang lengkap, sekali lagi disinilah ukhuwah kita diuji.
Sikap suratul istijabah (respon terhadap segala perintah)
Bunyi
peluit panjang tiga kali menggema, tanda semua peserta mukhoyam
berkumpul, apapun kondisi yang sedang kita alamai, kita tinggalkan,
tidak peduli urusan pribadi ataupun kelompok, semua berhamburan kesumber
suara. Ada yang tepat sesuai hitungan dan ada yang terlambat dan
akibatkan harus menerima hukuman. Simulasi kecil ini mengisyaratkan kita
untuk bersiap siaga dalam segala kundisi menerima panggilan dakwah,
dengan senang maupun terpaksa, resiko apapun yang kan diterima, karena
pada hakekatnya kita sudah berbaiat untuk taat kepada Allah dalam
menjalankan amanah dakwah.
Sarana Disiplin Diri
Selama
empat hari kita mempunyai ragam kegiatan yang akan dilalui, dari menit
kemenit, jam ke jam bahkan hari demi hari, sehingga tidak waktu yang
terbuang dengan sia-sia. Inilah konsep kedisiplinan diri, yang
senantiasa mengisi hari –hari dengan penuh aktifitas yang bermakna.
Simulasi ini pula yang mengarakan betapa pentingnya waktu yang kita
miliki, seyogyanya kedisipilnan diri seperti ini tidak hanya saat
mukhoyam saja, tetapi dimanapun dan kapan pun kita berada.
Berbekal yang cukup
Lamanya
perjalanan yang akan ditembuh, jumlah makanan yang akan dibutuhkan,
membuat kita mempersiapkan segalanya. Baik berupa makanan, minuman
sampai tempat tidur, kalau dalam waktu empat hari saja kita sudah
menyiapkan sedemikian rupa, maka ini juga mengingatkan kita akan
perjalan akherat yang jauh lebih banyak membutuhkan perbekalan, kalau
mukhoyam yang kita hadapi kegiatan adalah kegiatan, tetapi diakherat
kelak kita akan menghadap Allah swt, Sang pencipta kita, Pencipta
panitia penyelenggara bahkan Pencipta semua makhluq dimuka bumi ini.
Tentunya kita membutuhkan banyak perbekalan dan sebaik-baik bekal adalah
iman dan taqwa.
Terlepas
dari lintasan hikmah diatas, ada satu hikmah yang penting dari
mukhoyam, yakni latihan jihad dan perperang dijalan Allah Swt, karena
ladang yang menantang menjadikan kita siap baik secara fisik maupun
mental, ketika kapan pun panggilan suci itu datang untuk kita.
Alhikamatu dholatul mukmin,
hikmah adalah milik umat islam yang hilang, dimanapun kami temukan maka
ambil, mungkin ungkapan ini lah yang sesuai, lintasan hikmah yang ada
dalam mukhoyam semoga menjadikan kita semua menjadi hamba-Nya senantiasa
dekat dengan-Nya, dan siap mengemban amanah dimanapun kita ditempatkan.
Allahu A’lam bish-showab.
Sumber: http://farizal-alboncelli.blogspot.com/2010/04/mukhoyam-tumbuhkan-semangat-baru.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar